Kepuasan pelanggan terhadap layanan Islami di RSU Muhammadiyah tergolong sangat tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai aspek pelayanan yang mengedepankan nilainilai spiritual dan etika keislaman. Sebagian besar pasien merasa puas dengan pelayanan rohani yang diberikan, seperti adanya bimbingan spiritual atau bina rohani, yang mendapatkan tingkat kepuasan sebesar 88%. Ini menunjukkan bahwa rumah sakit tidak hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga memperhatikan kebutuhan spiritual pasien.
Selain itu, kebiasaan petugas medis membaca basmalah sebelum tindakan mendapat respons positif dengan tingkat kepuasan sebesar 87%, diikuti oleh membaca hamdalah setelah tindakan dengan kepuasan sebesar 85%. Walaupun sedikit lebih rendah, hal ini masih menunjukkan penerimaan yang baik terhadap budaya kerja yang religius di lingkungan rumah sakit.
Dari sisi penampilan dan etika berpakaian, petugas medis yang memakai pakaian sopan dan menutup aurat juga mendapat apresiasi tinggi dengan 88% tingkat kepuasan. Sementara itu, pemilahan pasien berdasarkan jenis kelamin sebagai bagian dari pelayanan Islami juga mendapat tanggapan positif, dengan 87% pasien menyatakan puas.
Secara keseluruhan, kepuasan terhadap layanan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) tercatat sebesar 87%, mencerminkan keberhasilan RSU Muhammadiyah dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam sistem layanan kesehatan. Hal ini menjadikan rumah sakit ini tidak hanya sebagai tempat berobat, tetapi juga sebagai ruang yang mendukung kebutuhan rohani dan nilai-nilai keislaman pasien.
RSU Muhammadiyah Ponorogo sebagai salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang pelayanan kesehatan memiliki komitmen untuk memberikan pelayanan yang tidak hanya bersifat medis, tetapi juga menyentuh aspek spiritual. Hal ini sejalan dengan prinsip pelayanan Islami yang menjadi ciri khas rumah sakit berbasis nilai-nilai ke-Muhammadiyahan. Salah satu bentuk implementasi nilai tersebut adalah dengan memberikan bimbingan spiritual kepada pasien yang sedang dirawat, baik melalui petugas rohaniwan maupun perawat yang telah diberi pelatihan. Bimbingan ini bertujuan untuk memberikan ketenangan batin, menguatkan iman, serta membantu pasien dalam menghadapi ujian sakit secara spiritual.
Pelaksanaan bimbingan spiritual dicatat secara rutin dan menjadi salah satu indikator mutu pelayanan rohani. Berdasarkan data triwulan terakhir, terjadi penurunan persentase cakupan pelayanan bimbingan spiritual:
Februari 2025: dari 1.092 pasien yang layak, 967 di antaranya telah mendapatkan bimbingan spiritual (88,5%).
Maret 2025: dari 1.114 pasien, hanya 924 yang menerima bimbingan spiritual (83%).
April 2025: dari total 1.144 pasien, 914 yang mendapat layanan (79,1%).
Penurunan bertahap ini menunjukkan adanya tantangan dalam konsistensi pelaksanaan dan cakupan pelayanan, baik karena keterbatasan sumber daya manusia, pengelolaan jadwal yang belum optimal, maupun dokumentasi yang belum maksimal. Oleh karena itu, penting bagi manajemen rumah sakit untuk melakukan evaluasi, memperkuat sistem dukungan, serta meningkatkan kapasitas petugas agar layanan spiritual ini dapat menjangkau seluruh pasien yang membutuhkan. Bimbingan spiritual yang baik dan merata diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas pelayanan, tetapi juga memperkuat identitas RSU Muhammadiyah sebagai institusi dakwah dalam bidang kesehatan.
Berdasarkan data di bulan April, sebanyak 93 karyawan dari total 404 terlibat aktif dalam kegiatan Persyarikatan dan Ortom Muhammadiyah, dengan persentase sebesar 23%. Angka ini menunjukkan bahwa belum sampai seperempat dari total karyawan yang terlibat secara langsung dalam amal usaha Muhammadiyah di luar kegiatan kedinasan rumah sakit.
Partisipasi karyawan RSU Muhammadiyah Ponorogo dalam kegiatan Persyarikatan atau organisasi otonom Muhammadiyah (seperti Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, dan lain-lain) menunjukkan komitmen sebagian tenaga kerja terhadap nilai-nilai ideologis dan gerakan Muhammadiyah. Namun, persentase keterlibatan sebesar 23% masih tergolong rendah, mengingat RSU Muhammadiyah merupakan bagian dari amal usaha Muhammadiyah yang semestinya menjadi bagian integral dari gerakan dakwah dan pelayanan sosial keumatan.
Data ini menggambarkan tingkat partisipasi karyawan dalam melaksanakan sholat berjamaah di lingkungan kerja selama tiga bulan, yaitu Februari, Maret, dan April. Indikator yang digunakan mencakup jumlah karyawan yang melaksanakan sholat berjamaah (numerator), jumlah total karyawan (denumerator), serta persentasenya.
Pada bulan Februari, terdapat 159 karyawan dari total 404 orang yang melaksanakan sholat berjamaah, dengan tingkat partisipasi sebesar 39,36%.
Namun, pada bulan Maret, terjadi penurunan partisipasi menjadi 108 karyawan, atau sebesar 26,73%.
Penurunan ini berlanjut pada bulan April, di mana hanya 96 karyawan yang tercatat melaksanakan sholat berjamaah, dengan persentase 23,76% dari total keseluruhan karyawan.
Data ini menunjukkan adanya tren penurunan konsistensi dalam pelaksanaan sholat berjamaah oleh karyawan dari bulan ke bulan.
Berdasarkan data capaian pengajian dari bulan Februari hingga April, terlihat adanya tren penurunan capaian terhadap target yang telah ditetapkan. Target capaian pengajian secara konsisten ditetapkan sebesar 100% pada setiap bulan. Namun, realisasi capaian mengalami penurunan bertahap dari bulan ke bulan.
Pada bulan Februari, capaian pengajian tercatat sebesar 93,6%, menunjukkan adanya deviasi sebesar 6,4% dari target. Memasuki bulan Maret, capaian menurun menjadi 92,3%, dengan selisih terhadap target meningkat menjadi 7,7%. Penurunan ini berlanjut pada bulan April, di mana capaian tercatat hanya 89,1%, yang berarti terdapat gap sebesar 10,9% dari target.
Tren ini menunjukkan bahwa efektivitas pelaksanaan pengajian mengalami penurunan dan memerlukan evaluasi lebih lanjut, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, maupun tindak lanjut kegiatan. Perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor penghambat serta penyusunan strategi peningkatan agar capaian dapat kembali memenuhi atau bahkan melampaui target di bulan-bulan berikutnya.